Oleh : Nurkholis
Air adalah sumber segala kehidupan. Tanpa air, segala kehidupan akan terhenti, dan bahkan mati. Air adalah bagian terkecil dari kekuasaan Allah SWT yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan hidup seluruh makhluk di dunia.
Terkait hal ini, Allah SWT telah menjelaskan di dalam Al-Qur'an, surat an-Naba ayat (14) "Dan kami telah menurunkan air yang tercurah dari mega-mega yang tebal, (15) Untuk kami keluarkan dengan air itu biji-biji dan tumbuh-tumbuhan, (16) Dan kebun-kebun yang lebat,".
Di ayat lain, Allah SWT menjelaskan, "Sesungguhnya kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit), kemudian kami belah bumi dengan sebaik-baiknya, lalu kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, (pohon) anggur, dan sayur-sayuran, (pohon) zaitun dan kurma, dan kebun-kebun yang lebat, dan buah-buahan dan rumput-rumputan, untuk kesenangan bagimu dan hewan-hewan ternakmu,".QS. Abasa: ayat 25-32.
Tak heran jika perintah untuk menjaga alam, Allah SWT telah mengingatkan kita, "Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, setelah (diciptakan) dengan baik. Berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat kebaikan." (QS. Al-A'raf : 56).
Berbicara tentang air, Al-Qur'an sendiri banyak menjelaskan bagaimana Tuhan menciptakannya dengan penjelasan yang dapat dikaji secara ilmiah. Bukti ilmiah tersebut membuktikan bahwa ayat-ayat yang disampaikan Rasulullah SAW yang hidup di jazirah Arab yang kering kerontang adalah benar-benar firman Allah.
Perlu kita ketahui bahwa kondisi geografis di tanah Arab didominasi oleh padang pasir yang sangat jarang disiram air hujan. Hal ini berbeda dengan kondisi geografis yang berada di Indonesia sebagai wilayah tropis. Terlebih lagi, Indonesia adalah negara kepulauan yang dikelilingi oleh lautan.
Dalam hal ini, Rasulullah SAW telah memberikan penjelasan sangat ilmiah tentang siklus air. Sedangkan orang yang hidup di tanah Arab hanya mengenal air yang mereka konsumsi berasal dari sumur atau sungai Nil yang menjadi sumber air utama bangsa Arab waktu itu.
Terkait hal ini, di dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 22 disebutkan, "Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap dan Dialah yang menurunkan air dari langit …"
Ayat tersebut secara jelas mengatakan bahwa air yang kita minum adalah air yang diturunkan dari langit. Dalam hasil penelitian menyebutkan bahwa air tawar yang kita minum berasal dari hujan. Air tersebut turun melalui siklus peredarannya sehingga tersedia air tawar di hulu pegunungan. Awalnya ia berevaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan es, hujan gerimis dan atau kabut.
Dalam tahapan ini, Al-Qur’an memberikan informasi secara tepat mengenai pembentukan hujan. "Dialah Allah Yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendakiNya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya; maka, apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambaNya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira" QS-Ar-Rum [30]:48).
Al-Qur’an tidak langsung mengatakan bahwa air yang kita minum berasal dari sungai, sumur, atau danau. Tapi ia diturunkan berupa air hujan. Dan dari hujan inilah terbentuk sumber-sumber air yang akan mengaliri sungai-sungai, mengisi sumur-sumur, dan memenuhi danau. Tanpa air hujan, siklus air di planet bumi ini tidak akan berjalan. Secara ilmiah siklus ini dinamakan siklus hidrologi.
"Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya atau Kamikah yang menurunkannya?" QS. Al-Waqiah ayat 68-69.
Ayat ini seolah membawa manusia pada tahapan perenungan untuk melihat bagaimana air itu diciptakan. Hanya saja, dari sederet tahapan yang telah di atur oleh Allah SWT ini, masih ada sebagian dari manusia yang selalu memandang ke atas dalam konteks kepemilikan material. Mereka selalu merasa kurang atas apa yang sudah digenggamnya. Akibatnya, manusia selalu mencari dan mengambil secara material demi memenuhi kepuasan tak berujung.
Air dan Komersialisasi para Penguasa
Satu bukti keserakahan yang diperlihatkan manusia adalah tingginya eksploitasi air secara berlebihan. Hal ini dapat dilihat di Kota Ternate. Hampir setahun, masyarakat yang bermukim di bagian utara KotaTernate mengalami krisis air bersih, bahkan sumber mata air Ake Gaale telah mengering, menyisahkan air mata warga.
Problem ini telah berjalan hampir setahun lamanya. Walikota Ternate, H. Burhan Abdurahman pernah mengatakan secepatnya menyelesaikan masalah tersebut. Namun sampai hari ini, masyarakat masih tetap mengkonsumsi air payau/salobar.
Direktur PDAM Kota Ternate, Syaiful Djafar pernah menyatakan bahwa air di bagian utara Kota Ternate masih layak di minum. Namun hasil LAP menunjukan bahwa air tersebut tidak layak diminum. Pernyataan ini pernah dijelaskan sendiri oleh Kepala Teknisi PDAM Kota Ternate, Dahlan Muhammad.
Seiring dengan itu, PDAM bersama Pemerintah Kota Ternate dengan semangat kapitalisnya meluncurkan sebuah air kemasan bermerek "Ino Oke" yang diambil dari sumber yamg sama, yakni "Ake Gaale". Sedangkan air yang berada di dalam kemasan, terasa tawar. Ini merupakan suatu bukti bahwa pemerintah seolah tidak serius dalam menyelesaikan masalah ini.
Padahal, bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Kalimat inilah yang terkandung di dalam dasar negara kita. Di dalam UU no 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Alam (SDA) ditegaskan bahwa rakyatlah yang sejatinya menikmati sumber daya alam tanpa terkecuali. Begitu juga dengan sumber daya air, rakyat harus menikmati air bersih, sehat, dan tidak tercemar. Namun sampai hari ini, penderitaan rakyat masih terus berlanjut.
Di sela-sela aksi yang dilakukan oleh masyarakat Dufa-Dufa pada Senin 4 April 2016 kemarin, Direktur PDAM Kota Ternate, Syaiful Djafar secara mengejutkan mengeluarkan pernyataan bahwa Bisnis Ino Oke milik Pemerintah Kota Ternate. Pertanyaannya, stambuk Kekhalifaan yang diamanatkan Tuhan kepada manusia dikemanakan para beliau-beliau...?!
*****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar